GEOLOGI PULAU FLORES
Pulau
Flores, terletak di antara garis lintang selatan 8°4' dan 8° 58', dan di antara
garis bujur timur 119° 48' dan 123° 1'30', terbentang sepanjang 360 km, di
sebelah Barat laut Australia. Flores merupakan salah satu pulau di wilayah
Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang
diantaranya termasuk pulau Timor dan Sumba.
Dalam
sudut pandang geodinamika, Flores yang di bagian utara dibatasi oleh cekungan
Flores dan di bagian selatan dibatasi oleh cekungan Savu, merupakan busur
magmatik dengan 13 gunung berapi yang masih aktif. Disamping itu, Flores
merupakan wilayah dengan aktivitas kegempaan cukup tinggi (gempa yang terjadi
pada 12 Desember 1992 dengan kekuatan 7,5 skala Richter).
Analisis
stratigrafik dan magmatik (geokronologi, geokimia) memperlihatkan bahwa Flores
adalah sebuah pulau « muda » yang kemungkinan terbentuk pada Oligosen akhir
atau lebih tepatnya pada Miosen tengah. Secara ditil, dapat dibedakan adanya
dua siklus sebagai berikut :
·
Siklus
Oligosen ? - Miosen tengah-atas, dicirikan :
o oleh poros volkanik Timur-Barat
(Formasi Kiro) yang berdasarkan penasabahan radiometrik dari 17 conto batuan
magmatik berumur absolut berkisar antara 16 Ma dan 8,4 Ma (Burdigalian akhir
hingga Totrtonian tengah) dan 1 conto batuan magmatik berumur 27,7 Ma dan 25,7
Ma (Oligosen akhir) ;
o oleh endapan volcano-sedimenter dan batuan
sedimen, heterokron, dengan kandungan mikrofauna rombakan (« reworked fossils
»). Meskipun demikian, kita dapat membedakannya, dari bawah ke atas sebagai
Formasi Nangapanda terdiri dari endapan turbidit dan tuf berumur Miosen tengah,
Formasi Bari terdiri dari batugamping neritik hingga batugamping terumbu
berumur Miosen tengah sampai atas, Formasi Laka terdiri dari batugamping
kapuran serta tuf dengan batuapung, berumur Miosen atas.
·
siklus
Miosen akhir-PlioQuaternair dengan didominasi batuan volkanik dimana dari 13
conto batuan magmatik, dengan 2 diantaranya batuan grano-dioritik, menunjukkan
umur absolut yang berkisar dari 6,7 Ma sampai 1,2 Ma.
Analisa
geokimia (elemen utama dan elemen jejak) dari ke dua siklus tersebut di atas
memperlihatkan bahwa keduanya merupakan magmatisme orogenik busur kepulauan
yang berkaitan dengan subduksi. Flores dalam hal ini merupakan penghujung timur
dari busur magmatik Sunda yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari
Sumatra, Java, Bali, Lombok dan Sumbawa.
Dari
sudut pandang regional dan temporal, busur magmatik Flores bermula pada saat
busur magmatik Sumba mengakhiri aktivitasnya. Pada kala Oligosen, Sumba
meninggalkan posisinya di busur magmatik untuk selanjutnya berada pada posisi
cekungan muka-busur luar, dan semenjak itulah Flores muncul menggantikannya
sebagai busur magmatik.
Pada
Plio-Kuarter, lempeng kontinental australian, berasal dari selatan, mulai
bertumbukan (kolisi) dengan lempeng eurasian di bagian timur yakni di pulau
Timor. Meskipun demikian, awal tumbukan tersebut terlihat di bagian barat, di
wilayah telitian, sekalipun berada pada zona subduksi, yakni ditandai dengan
adanya pengangkatan (sureksi) Sumba dan dijumpainya sejumlah sesar mendatar
berpasangan serta adanya sesar naik (« back-arc thrusting »), di cekungan
sebelah utara Flores yang dikenal sebagai « laut Flores », mengabsorbsi
sebagian « pemendekan » yang terjadi.
Tumbukan lempeng di Pulau Flores
Setelah melakukan percobaan di atas,
sekarang kami mencoba menjelaskan sejarah geologi Pulau Flores. Mengapa
geologi? Karena ilmu geologi dapat menjelaskan mengapa bentang alam Pulau
Flores berbukit-bukit. Bukit-bukit itu akan lebih terlihat kalau adik-adik
melihatnya dengan bantuan situs Google Maps seperti gambar di bawah ini.
Kemudian coba lihat peta yang lain
di bawah ini. Peta ini dipinjam dari situs milik Bapak Rovicky. Beliau saat ini menjabat sebagai
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
Dalam peta di atas dapat dilihat ada
garis bergigi yang melintang dari barat ke timur. Garis tersebut menggambarkan
posisi tumbukan antara Lempeng Sunda dan Australia. Lempeng Sunda ini adalah
bagian dari Lempeng Benua Asia yang lebih besar. Kapan tumbukan ini terjadi?
Tumbukan itu terjadi berjuta-juta tahun yang lalu. Kejadian ini bisa
digambarkan dengan umur batuan di Flores yang berumur ~25 juta tahun yang lalu.
Umur itu didapat setelah para ahli geologi menghitung konsentrasi isotop yang
ada dalam batuan. Tumbukan antara dua lempeng itu menyebabkan tepian lempeng
ada yang naik dan membentuk bukit-bukit dan gunung-gunung. Ingat percobaan kita
tentang buku sebelumnya.
Gunung api di Flores
Karena berada pada tepian dua
lempeng yang saling bertumbukan, maka gunung-gunung di Flores adalah gunung api
aktif. Berdasarkan informasi di situs Volcanological Survey Indonesia, beberapa gunung di Flores antara
lain adalah:
1.
Gunung
Egon, yang tingginya 1.703 meter di atas permukaan laut (mdpl), terakhir
meletus pada tahun 1932.
2.
Gunung
Anak Ranakah (2.247 mdpl), terakhir meletus pada tahun 1987.
3.
Gunung
Lewotobi-Laki (1.548 mdpl), terakhir meletus di tahun 2003.
4.
Gunung
Lewotobi-Perempuan (1.703 mdpl).
Empat gunung api di atas merupakan
bagian dari 20 buah gunung api di sekitar Flores. Gunung-gunung ini merupakan
generasi terakhir yang terbentuk pada kisaran 45 hingga 450 juta tahun yang
lalu. Dengan banyaknya gunung api aktif, maka kawasan Flores memiliki potensi
energi panas bumi (geotermal). (/DEI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar