.quickedit { display:none; }

Rabu, 20 Mei 2015

Geologi Pulau Flores



GEOLOGI PULAU FLORES
Pulau Flores, terletak di antara garis lintang selatan 8°4' dan 8° 58', dan di antara garis bujur timur 119° 48' dan 123° 1'30', terbentang sepanjang 360 km, di sebelah Barat laut Australia. Flores merupakan salah satu pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang diantaranya termasuk pulau Timor dan Sumba.
Dalam sudut pandang geodinamika, Flores yang di bagian utara dibatasi oleh cekungan Flores dan di bagian selatan dibatasi oleh cekungan Savu, merupakan busur magmatik dengan 13 gunung berapi yang masih aktif. Disamping itu, Flores merupakan wilayah dengan aktivitas kegempaan cukup tinggi (gempa yang terjadi pada 12 Desember 1992 dengan kekuatan 7,5 skala Richter).
Analisis stratigrafik dan magmatik (geokronologi, geokimia) memperlihatkan bahwa Flores adalah sebuah pulau « muda » yang kemungkinan terbentuk pada Oligosen akhir atau lebih tepatnya pada Miosen tengah. Secara ditil, dapat dibedakan adanya dua siklus sebagai berikut :
·      Siklus Oligosen ? - Miosen tengah-atas, dicirikan :
o  oleh poros volkanik Timur-Barat (Formasi Kiro) yang berdasarkan penasabahan radiometrik dari 17 conto batuan magmatik berumur absolut berkisar antara 16 Ma dan 8,4 Ma (Burdigalian akhir hingga Totrtonian tengah) dan 1 conto batuan magmatik berumur 27,7 Ma dan 25,7 Ma (Oligosen akhir) ;
o   oleh endapan volcano-sedimenter dan batuan sedimen, heterokron, dengan kandungan mikrofauna rombakan (« reworked fossils »). Meskipun demikian, kita dapat membedakannya, dari bawah ke atas sebagai Formasi Nangapanda terdiri dari endapan turbidit dan tuf berumur Miosen tengah, Formasi Bari terdiri dari batugamping neritik hingga batugamping terumbu berumur Miosen tengah sampai atas, Formasi Laka terdiri dari batugamping kapuran serta tuf dengan batuapung, berumur Miosen atas.
·      siklus Miosen akhir-PlioQuaternair dengan didominasi batuan volkanik dimana dari 13 conto batuan magmatik, dengan 2 diantaranya batuan grano-dioritik, menunjukkan umur absolut yang berkisar dari 6,7 Ma sampai 1,2 Ma.


Analisa geokimia (elemen utama dan elemen jejak) dari ke dua siklus tersebut di atas memperlihatkan bahwa keduanya merupakan magmatisme orogenik busur kepulauan yang berkaitan dengan subduksi. Flores dalam hal ini merupakan penghujung timur dari busur magmatik Sunda yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari Sumatra, Java, Bali, Lombok dan Sumbawa.
Dari sudut pandang regional dan temporal, busur magmatik Flores bermula pada saat busur magmatik Sumba mengakhiri aktivitasnya. Pada kala Oligosen, Sumba meninggalkan posisinya di busur magmatik untuk selanjutnya berada pada posisi cekungan muka-busur luar, dan semenjak itulah Flores muncul menggantikannya sebagai busur magmatik.
Pada Plio-Kuarter, lempeng kontinental australian, berasal dari selatan, mulai bertumbukan (kolisi) dengan lempeng eurasian di bagian timur yakni di pulau Timor. Meskipun demikian, awal tumbukan tersebut terlihat di bagian barat, di wilayah telitian, sekalipun berada pada zona subduksi, yakni ditandai dengan adanya pengangkatan (sureksi) Sumba dan dijumpainya sejumlah sesar mendatar berpasangan serta adanya sesar naik (« back-arc thrusting »), di cekungan sebelah utara Flores yang dikenal sebagai « laut Flores », mengabsorbsi sebagian « pemendekan » yang terjadi.


Tumbukan lempeng di Pulau Flores
Setelah melakukan percobaan di atas, sekarang kami mencoba menjelaskan sejarah geologi Pulau Flores. Mengapa geologi? Karena ilmu geologi dapat menjelaskan mengapa bentang alam Pulau Flores berbukit-bukit. Bukit-bukit itu akan lebih terlihat kalau adik-adik melihatnya dengan bantuan situs Google Maps seperti gambar di bawah ini.
flo2
Kemudian coba lihat peta yang lain di bawah ini. Peta ini dipinjam dari situs milik Bapak Rovicky. Beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
flo3
Dalam peta di atas dapat dilihat ada garis bergigi yang melintang dari barat ke timur. Garis tersebut menggambarkan posisi tumbukan antara Lempeng Sunda dan Australia. Lempeng Sunda ini adalah bagian dari Lempeng Benua Asia yang lebih besar. Kapan tumbukan ini terjadi? Tumbukan itu terjadi berjuta-juta tahun yang lalu. Kejadian ini bisa digambarkan dengan umur batuan di Flores yang berumur ~25 juta tahun yang lalu. Umur itu didapat setelah para ahli geologi menghitung konsentrasi isotop yang ada dalam batuan. Tumbukan antara dua lempeng itu menyebabkan tepian lempeng ada yang naik dan membentuk bukit-bukit dan gunung-gunung. Ingat percobaan kita tentang buku sebelumnya.


Gunung api di Flores
Karena berada pada tepian dua lempeng yang saling bertumbukan, maka gunung-gunung di Flores adalah gunung api aktif. Berdasarkan informasi di situs Volcanological Survey Indonesia, beberapa gunung di Flores antara lain adalah:
1.                  Gunung Egon, yang tingginya 1.703 meter di atas permukaan laut (mdpl), terakhir meletus pada tahun 1932.
2.                  Gunung Anak Ranakah (2.247 mdpl), terakhir meletus pada tahun 1987.
3.                  Gunung Lewotobi-Laki (1.548 mdpl), terakhir meletus di tahun 2003.
4.                  Gunung Lewotobi-Perempuan (1.703 mdpl).
Empat gunung api di atas merupakan bagian dari 20 buah gunung api di sekitar Flores. Gunung-gunung ini merupakan generasi terakhir yang terbentuk pada kisaran 45 hingga 450 juta tahun yang lalu. Dengan banyaknya gunung api aktif, maka kawasan Flores memiliki potensi energi panas bumi (geotermal). (/DEI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar