.quickedit { display:none; }

Jumat, 12 Juni 2015

Laporan Pengukuran debit aliran sungai



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tinggi permukaan  air  sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai, dalam istilah hidrologi disebut debit aliran sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) peratuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Dengan mengetahui debit air suatu perairan kita dapat mengetahui jenis organisme apa saja yang hidup di suatu perairan tersebut atau yang tinggal dan memiliki habitat di perairan tersebut.
Apabila debit air disuatu perairan tinggi, maka dapat dipastikan bahwa organisme yang hidup di perairan tersebut adalah organisme perenang kuat karena dapat melawan arus dari perairan tersebut dan apabila debit suatu perairan tersebut rendah, maka organisme yang hidup di perairan tersebut adalah organisme yang membenamkan dirinya (tidak melawan arus). (Harnalin., 2010).
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis. Kemampuan debit air sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumber daya air disuatu aliran air. Debit air juga dapat dijadikan salah satu indikator untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air disuatu kawasan melaui pendekatan potensi sumber daya air yang tersedia, sehingga dapat memelihara pengelolaan sumber daya air yang benar secara berkelanjutan dan lestari.
Informasi mengenai besarnya debit aliran jaringan irigasi membantu dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau.
Selain itu data debit juga dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air pada tanaman. Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang. Oleh karena itu, dalam praktikum ini praktikan belajar melakukan pengukuran debit jaringan irigasi untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu jaringan irigasi pada saat waktu.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengukur debit aliran kecil ?
2.      Bagaimana cara mengukur debit aliran besar ?
3.      Alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam pengukuran debit aliran kecil ?
4.      Alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam pengukuran debit aliran besar ?


1.3. Tujuan dan Kegunaan
1.3.1.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran kecil yang bertempat di sungai Amanuban dan mengukur debit aliran besar yang bertempat di sungai Noelmina dengan metode apung.
1.3.2. Kegunaan
Kegunaan dari praktikum pengukuran debit ini adalah dapat menggunakan alat ukur debit yang mana pada praktikum ini alat yang digunakan adalah alat-alat sederhana seperti meter roll, tongkat ukur, stopwatch, dan lain-lain. Selain itu kita juga dapat mengetahui besarnya debit pada aliran sungai tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Debit Aliran Sungai dan Cara Pengukuran
 2.1.1. Debit Aliran Sungai
Debit Aliran Sungai adalah volume air sungai yang mengalir dalam satuan waktu tertentu. Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).
Sungai dari satu atau beberapa aliran sumber air yang berada di ketinggian, umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yangg tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.
Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah, mungkin mula mula merata, namun karena ada bagian- bagian dipermukaan tanah yg tidak begitu keras, maka mudahlah terkikis, sehingga menjadi alur alur yang tercipta makin hari makin panjang, seiring dengan makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu.
Semakin panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air yang mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang banyak, demikian juga dengan sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus ke bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yang rendah.lama kelamaan sungai itu akan semakin lebar.

2.1.2. Cara Pengukuran
Ada berbagai cara yang bisa digunakan dalam pengukuran debit aliran, antara lain:
Ø  Pengukuran secara langsung :
1. Velocity Area Method
-  floating method
-  current meter
2. Slope Area Method
3. Tracing Method
-  Suddent injection
-  Constant injection
Ø  Pengukuran secara tidak langsung :
1.   Menggunakan data SPAS (Stasiun Pengamat Aliran Sungai).

Namun pada praktek ini kami hanya menggunakan satu cara pengukuran yakni pengukuran menggunakan metode pelampung (Floating Method). Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan.Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja sapanjang dapat terapung dalam aliran sungai. Cara ini dapat dengan mudah digunakan meskipun permukaan air sungai itu tinggi. Cara ini sering digunakan karena tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayuan yang hanyut dan mudah dilaksanakan.


2.2. Metode dan Peralatan
2.2.1. Metode dan Peralatan Pengukuran Aliran Kecil
Ø Waktu dan Tempat
Tanggal            :  Sabtu, 23 Mei 2015
Jam                  :  08.15 s/d selesai
Tempat            :  Sungai Amanuban, Oebufu
           
Ø Metode Pengukuran Secara Langsung
 Pada pengukuran aliran kecil kami menggunakan dua cara yang berbeda satu sama lain. Pada pengukuran cara pertama kami melakukan dengan cara memenuhi ember yang disediakan dengan pancuran aliran air yang sudah disiapkan terlebih dahulu dan menghitung waktu sampai ember terisi penuh oleh air dengan stopwatch, dan dilakukan sebanyak 5 kali
Pada cara kedua, pengukuran pada cara kedua sedikit berbeda yaitu dengan cara mengisi ember dengan pancuran aliran air yang sudah disiapkan dengan syarat waktu yang ditentukan selama 10 detik.

Ø  Alat-alat
1.      Ember
2.      Gelas ukur 500 ml
3.      Batang pisang untuk membuat pancuran
4.      Alat tulis

Ø  Langkah-langkah
1.      Membuat pancuran memakai batang pisang
2.      Saat membuat pancuran diusahakan agar tidak boleh ada rembesan dicelah – celah pancuran yang telah dibuat
3.      Jika aliran sudah stabil, mulai mengisi ember dengan air bersamaan dengan dijalankannya waktu atau stopwatch sampai ember terisi penuh dengan air. (pada cara pertama)
4.      Jika aliran sudah stabil, mulai mengisi ember dengan air bersamaan dengan dijalankannya waktu atau stopwatch dengan syarat waktu harus pas 10 detik. (pada cara kedua)
5.      Hitung jumlah air yang tertampung pada ember menggunakan gelas ukur
6.      Ulangi pengukuran cara pertama dan cara kedua masing-masing sebanyak 5 kali.


2.2.2. Metode dan Peralatan Pengukuran Aliran Besar
Ø  Waktu dan Tempat
Tanggal           :  Sabtu, 23 Mei 2015
Jam                 :  10.45 s/d selesai
Tempat           :  Sungai Noelmina, TTS 
Ø  Metode Apung
Metode ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan (terapung) untuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka.  Biasanya dilakukan pada sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform).  Metode ini menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan.Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja sapanjang dapat terapung dalam aliran sungai.
Pengukuran dilakukan oleh 5 (lima) orang yang masing- masing bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai batas titik tertentu (finish), sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan benda terapung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan tersebut.

Ø  Alat-alat
1.  Meter Roll (panjang minimal 30 m)
2.  Stopwatch atau handphone yang dilengkapi dengan aplikasi stopwatch
3.  Pelampung (botol air atau benda lain yang dapat terapung)
4.  Tongkat Ukur
5.  Tali Plastik
6.  Alat tulis 
Ø  Langkah-langkah
1.         Pilih bagian aliran yang tenang dan seragam, hindari aliran yang memiliki pusaran air.
2.         Tentukan panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal (start) dan akhirnya (finish).
3.         Bagilah panjang saluran/lintasan menjadi beberapa bagian (misal 5 bagian/titik), ukur lebar sungai (L) pada titik-titik tersebut; dan ukur juga kedalamannya (H) pada bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran. Kemudian hitung masing-masing rata-ratanya.
4.          Hitung luas penampang (A) rata-rata seperti dalam formulir pengukuran.
5.         Gunakan benda apung (bola pingpong, kayu kering, gabus, dll) yang dapat mengalir mengikuti aliran air dan tidak terpengaruh angin.
6.         Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (start) bersamaan dengan menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda stop) pada titik akhir lintasan (finish) dan hitung waktunya (T).
7.         Ulangi pengukuran waktu tempuh 3 kali ulangan.
8.         Catat waktu tempuh benda apung dan hitung waktu rata-ratanya.
9.         Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A) dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
10.     Hitung debit air (Q) yang mengalir sesuai rumus

BAB III
HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengukuran Aliran Kecil.
3.1.1. Pengukuran Cara Pertama
Pengukuran pada cara pertama dilakukan dengan cara memenuhi ember yang disediakan dengan pancuran aliran air yang sudah disiapkan terlebih dahulu dan menghitung waktu sampai ember terisi penuh oleh air dengan stopwatch, dan dilakukan sebanyak 5 kali. Hasil dari pengukuran ini sebagai berikut :
1.   Q      V / t                                              2.   Q   =   V / t
=  9395 / 18,27                                                =  9395 / 18,20
=  514,2 ml/s  =>  0.514 l/s                              =  516,2 ml/s  =>  0,516 l/s

3.   Q  =   V / t                                                 4.   Q   =   V / t
=  9395 / 18,32                                                =  9395  / 18,22
=  512,8 ml/s  =>  0,512 l/s                              =  515,6 ml/s  => 0,515 l/s

5.   Q   =  V / t 
=  9395 / 18,30
=  513,3 ml/s  =>  0,513 l/s

Rata – rata pengukuran cara pertama
                 Q  =  Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 / n
                       =  0,514 + 0,516 + 0,512 + 0,515 + 0,513 / 5
                            =  2,57 / 5
                     =  0,514 l/s



3.1.2. Pengukuran Cara Kedua
Pengukuran pada cara kedua sedikit berbeda yaitu dengan cara mengisi ember dengan pancuran aliran air yang sudah disiapkan dengan syarat waktu yang ditentukan selama 10 detik. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali. Hasil dari pengukuran cara kedua ini sebagai berikut :
1.  Q    =  / t                                                                          2.   Q   =  V  / t
            =  5450  / 10                                                                    =  5500 / 10
                         =  545 ml/s  =>  0,545 l/s                                               =  550 ml/s  =>  0,55 l/s

3.   Q  =  / t                                                                         4.   Q   =  / t
=  5310 / 10                                                                   = 5280  / 10
=  531 ml/s  =>  0,531 l/s                                              =  528 ml/s  =>  0,528 l/s               
 
5.   Q  =  / t
=  5300  / 10
=  530 ml/s  =>  0,53 l/s

Rata – rata pengukuran cara pertama
                 Q  =  Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 / n
                      =  0,545 + 0,55 + 0,531 + 0,528 + 0,53  / 5
                      =  2,68  / 5
                      =  0,536 l/s

Rata – rata pengukuran cara pertama dan cara kedua
                 Q  =  Q1 + Q2  / n
                       = 0,514 + 0,536  / 2
                            =  1,05  / 2
                     =  0,525 l/s

3.2. Hasil Pengukuran Aliran Besar
3.2.1. Data Pengukuran
Data Pengukuran Penampang Melintang
Sungai Noelmina, TTS
Penampang Hulu
Penampang Hilir
Jarak dari kiri
Kedalaman
Jarak dari kiri
Kedalaman
0 m
0 cm
0 m
0 cm
3 m
30 cm
3 m
20 cm
6 m
22 cm
6 m
12 cm
9 m
27 cm
9 m
25 cm
12 m
29 cm
12 m
30 cm
15 m
20 cm
15 m
20 cm
18 m
17 cm
18 m
18 cm
21 m
9 cm
21 m
9 cm
22 m
0 cm
23 m
0 cm














Pengukuran Aliran Besar, Percobaan 1


Pelampung
Jarak dari tepi kiri

Jarak (meter)

Waktu (detik)
Hulu
Hilir
1
4,70 m
6,32 m
20
64
2
6,05 m
8,95 m
20
49
     3
12,40 m
13,20 m
20
25
4
14,40 m
16,45 m
20
40
5
18,65 m
20,10 m
20
72
                               
                                                                                                                                  
Pengukuran Aliran Besar, Percobaan 2


Pelampung
Jarak dari tepi kiri

Jarak (meter)

Waktu (detik)
Hulu
Hilir
1
4,25 m
6,35 m
20
60
2
6,50 m
8,30 m
20
45
     3
11,20 m
13,25 m
20
29
4
14,80 m
16,65 m
20
42
5
17,35 m
19,20 m
20
68









Pengukuran Aliran Besar, Percobaan 3

Pelampung
Jarak dari tepi kiri

Jarak (meter)

Waktu(detik)
Hulu
Hilir
1
3,40 m
6,00 m
20
56
2
7,10 m
8,50 m
20
41
     3
10,00 m
13,50 m
20
23
4
14,40 m
16,25 m
20
36
5
16,50 m
20,40 m
20
58










3.2.2.  Penghitungan Data Pengukuran
Ø  Penghitungan cara pertama
Rumus-rumus yang digunakan : 
1.      V1  =  D / t , V2   =  D / t ,. . . . . . , Vn  =  D / t
2.      V  =  V1 + V2 + . . . . . .+ Vn / n
3.      A hulu dan A hilir = P x L
4.      A  =  A hulu + A hilir / 2
5.      Q  =  V . A

Penghitungan pada percobaan 1 :

1.      V1  =  D / t                         V2   =  D / t                     
   V3  =  D / t
      =  20 / 64                           =  20 / 49                           =  20 / 25
      =  0,312 m/detik                =  0,408 m/detik                =  0,8 m/detik
V4   =  D / t                           V5   =  D / t
      =  20 / 40                           =  20 / 72
      =  0,5 m/detik                    =  0,277 m/detik

2.      V  =  V1 + V2 + V3  + V4 + V5   / 5
     =  0,312 + 0,408 + 0,8 + 0,5 + 0,277  / 5
     =  2,297  / 5  =  0,459 m/detik

3.      A hulu  =  P x L
             =  20 x 22  =  440 m

4.      A hilir   =  P x L
             =  20 x 23  =  460 m

5.      A  =  A hulu + A hilir  / 2
     =  440 + 460  / 2
     =  900  / 2  =  450 m2

6.      Q  =  V . A
     =  0,459 x 450
     =  206,88 m/detik

Penghitungan pada percobaan 2 :

1.      V1  =  D / t                         V2   =  D / t                        V3  =  D / t
      =  20 / 60                           =  20 / 45                           =  20 / 29
      =  0,333 m/detik                =  0,444 m/detik                =  0,689 m/detik
V4   =  D / t                           V5   =  D / t
      =  20 / 42                           =  20 / 68
      =  0,476 m/detik                =  0,294 m/detik

2.      V  =  V1 + V2 + V3  + V4 + V5   / 5
     =  0,333 + 0,444 + 0,689 + 0,476 + 0,294  / 5
     =  2,236 / 5  =  0,447 m/detik

3.      A hulu  =  P x L
             =  20 x 22  =  440 m

4.      A hilir   =  P x L
             =  20 x 23  =  460 m

5.      A  =  A hulu + A hilir  / 2
     =  440 + 460  / 2
     =  900  / 2  =  450 m2

6.      Q  =  V . A
     =  0,447 x 450
     =  201,15 m/detik
  
Penghitungan pada percobaan 3 :

1.      V1  =  D / t                         V2   =  D / t                        V3  =  D / t
      =  20 / 56                           =  20 / 41                           =  20 / 23
      =  0,357 m/detik                =  0,487 m/detik                =  0,869 m/detik
V4   =  D / t                           V5   =  D / t
      =  20 / 36                           =  20 / 58
      =  0,555 m/detik                =  0,344 m/detik

2.      V  =  V1 + V2 + V3  + V4 + V5   / 5
     =  0,357 + 0,487 + 0,869 + 0,555+ 0,344  / 5
     =  2,612 / 5  =  0,522 m/detik

3.      A hulu  =  P x L
             =  20 x 22  =  440 m

4.      A hilir   =  P x L
             =  20 x 23  =  460 m

5.      A  =  A hulu + A hilir  / 2
     =  440 + 460  / 2
     =  900  / 2  =  450 m2

6.      Q  =  V . A
     =  0,522 x 450
     =  234,9  m/detik



BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 Pada praktek pengukuran aliran kecil sungai di Sungai Amanuban dan pengukuran aliran besar di Sungai Noelmina dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengukuran debit aliran kecil di sungai amanuban yang dilakukan dengan metode pengukuran secara langsung digunakan dengan dua cara yang berbeda dan mendapat rata-rata sebesar 0,0525 l/s.
2. Pengukuran debit aliran kecil di sungai amanuban yang dilakukan dengan metode apung didapat kecepatan aliran sebesar 214 m/s.

4.2. Saran
            Pada pengukuran debit aliran sungai dengan metode apung sebaiknya dikaji mengenai pengaruh dimensi benda yang digunakan dan sebelum pengamatan dilakukan sebaiknya dicoba dahulu berapa waktu tempuh benda dari jarak tertentu hingga dapat menetukan jarak yang memenuhi syarat pengamatan, yaitu waktu perjalanan benda sekurang-kurangnya 20 detik. Pengukuran menggunakan metode apung juga harus dilihat dengan kondisi anging di tempat pengukuran aliran karena angin akan mempengaruhi kecepetan aliran yang sebenarnya dari sungai dan dapat mengganggu lajunya pelampung.